Tidak terasa seminggu lagi ummat Islam akan menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Kalau tidak ada perbedaan, insya Allah minggu depan puasa dimulai. Ibadah puasa kali ini mungkin agak lebih berat sebab bulan Ramadhan jatuh pada musim kemarau, jadi siang hari akan terasa sangat panas. Di jazirah Arab saja saat ini warganya sudah berondong-bondong meninggalkan negerinya, berlibur entah kemana, sebab suhu pada siang hari di sana mencapai 40 hingga 60 derajat Celcius. Tetangga saya yang bekerja di Dubai sengaja mengambil cuti tiga bulan sejak awal Juli yang lalu dan pulang ke rumahnya di Bandung untuk menghindari musim panas yang kering dan berdebu di Dubai, sekalian menjalankan ibadah puasa dan Hari Raya Idul Fitrinya di sini. Meskipun di Bandung juga sudah mulai gerah dan panas, tetapi suhunya tidak setinggi di Jakarta, apalagi di Dubai.
Puasa masih seminggu lagi, tetapi orang-orang sudah memikirkan penghujungnya, yaitu lebaran. Bagi perantau seperti saya, apalagi yang diburu dan dicari kalau bukan tiket. Tiket kereta api saja sudah mulai dipesan perantau dari Jawa, sepertinya akan habis terjual sebelum puasa dimulai. Tiket pesawat ke Padang? Ampuunn, harganya sudah selangit, sudah mencapai 1,3 juta per orang, padahal biasanya hanya 400 hingga 600 ribu saja. Masih mikir-mikir, pulang nggak, pulang nggak .
Lupakan dulu soal lebaran, soal tiket, dan soal lainnya, yang utama adalah puasa itu. Bulan Ramadhan bagaikan pesantren kilat dimana sebulan itu kita dianjurkan memperbanyak amalan ibadah dan amal kebajikan, seperti tadarus Alquran, berinfaq dan berzakat, memberi makan orang yang berbuka puasa, shalat malam, saling berbagi dan sederet amal kebajikan lainnya. Merugilah orang-orang yang menyia-nyiakan bulan Ramadhan ini tanpa meningkatkan amal ibadahnya dan memperbanyak tabungan akhiratnya dengan pahala. Hidup ini hanya sebentar, belum tentu tahun depan kita bertemu lagi dengan bulan yang mulia ini.
Bagaikan santri yang sesudah mengikuti pesantren, maka selepas pesantren dia diharapkan mengamalkan ilmunya dan mempertahankan tradisi agama yang sudah dilakukannya selama nyantri. Begitu pula bulan Ramadhan yang saya sebut pesantren kilat itu, diharapkan selepas Ramadhan orang-orang mempertahankan amalan dan kebiasaan baik yang sudah dilakukannya selama satu bulan. Yang biasa tadarus pada malam-malam Ramadhan, maka kebiasaan itu diteruskan meskipun bukan bulan puasa lagi. Yang rajin bersedekah dan berbagi selama Ramadhan, maka kebiasaan itu juga berlanjut sesudah bulan suci. Yang terbiasa menutup aurat dan tidak berkata kotor selama bulan puasa, maka sesudah Ramadhan tetap menutup aurat dan berbicara yang baik (jangan seperti kaum artis yang tampil sopan dan berkerudung selama bulan Ramadhan, tetapi setelah Ramadhan kembali pamer aurat dan berlaku hedonis).
Allah SWT memang Maha Baik. Dia ciptakan waktu selama 12 bulan, selama 11 bulan manusia larut dengan urusan duniawi, tetapi Dia sediakan satu bulan khusus untuk mesantren guna memperbanyak amalan ibadah. Dia sediakan satu bulan itu bagi manusia untuk memohon ampunan-Nya, membakar dosa-dosa, dan memperhatikan kaum sesama. Kelak ketika fajar menyingsing pada tanggal 1 Syawal, manusia kembali fitrah seperti bayi yang tidak berdosa, manusia terlahir kambali sebagai seorang hamba yang bersih dan taat kepada-Nya.
Marhaban ya Ramadhan, bulan yang dirindukan oleh Ummat Islam. Kedatangannya disambut bagaikan tamu agung. Banyak orang memohon maaf kepada orang lain ketika menyambut Ramdahan, memohon maaf jika selama 11 bulan terdahulu dia pernah melakukan kesalahan, baik lisan maupun tulisan yang menyakiti perasaan. Semuanya karena niat ingin memasuki bulan Ramadhan dengan hati yang bersih. Mohon kerilaan maaf jika ada kata yang salah, ucapan yang tidak pantas, dan laku yang tidak elok.
No comments:
Post a Comment